Friday, June 24, 2022

Pelaksanaan Posyandu Balita Bougenville di bulan Juni 2022


Setelah vakum selama 2 tahun lebih,  Alhamdulillaah akhirnya di tanggal 16 Juni 2022 Posyandu Bougenville Rawamangun  kembali melaksanakan Posyandu untuk memantau dan memberikan pelayanan kesehatan bagi Balita di lingkungan RW 10 Rawamangun. 

Kader - kader Posyandu Bougenville yang terdiri dari 6 orang ibu - ibu warga RW 10 sudah bersiap sejak jam 08.30.
Jadwal pelaksanaan Posyandu kali ini tetap mengikuti ketentuan seperti sebelumnya,  yaitu di setiap hari Kamis minggu ketiga setiap bulan,  di tanggal 16 Juni 2022.

Tenaga medis dari Puskesmas Kelurahan Rawamangun yang bertugas adalah Ibu Ulina di meja Pelayanan Kesehatan dan Ibu Inayah di meja Penyuluhan Gizi. 
Selain itu hadir pula Dr.  Agi yang memberikan penjelasan rinci tentang Hepatitis akut pada anak yang beberapa waktu ini menyerang anak - anak di Indonesia. 

Untuk penjelasan rinci tentang Hepatitis pada anak ini bisa dilihat di artikel sebelum post ini. 

Sebagai langkah pencegahan dari terserangnya hepatitis pada anak, seluruh masyarakat hendaknya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dengan cara salah satunya adalah rajin mencuci tangan di air mengalir.  Di kesempatan ini Dr. Agi juga mengajarkan 6 langkah cuci tangan yang benar. 

Alhamdulillaah Balita yang datang kali ini cukup banyak. Banyak Balita baru yang lahir di rentang waktu antara Maret 2020 - Mei 2022 saat Posyandu Bougenville tutup. 
Seperti pada pelaksanaan Posyandu sebelumnya, setelah melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan, para Balita dengan gembira bermain denga. permainan edukatif dan juga mewarnai gambar. 
Sebelum pulang, para Balita mendapatkan balon, biskuit,  puding dan makanan tambahan untuk dibawa pulang. Menu PMT kali ini adalah Nasi Sup Telur Puyuh, sesuai ketentuan dari kelurahan. 

Ada yang berbeda pada pelaksanaan kali ini,  yaitu adanya meja PIK (Pusat Informasi & Konsultasi)  Keluarga. Untuk selanjutnya, di setiap pelaksanaan Posyandu akan ada meja PIK Keluarga. 
Ibu Ana dari Pokja 1 Kelurahan Rawamangun menjelaskan tentang pentingnya PIK Keluarga bagi masyarakat. 

Kami kader Posyandu Bougenville Rawamangun sangat berterima kasih atas kedatangan dan perhatian dari Bapak dan Ibu yang sudah hadir : 
Dari RW 10 : Bpk Uceh Ketua RW, Ibu Metty Ketua PKK RW, Ibu Siska Ketua Pokja IV, Ibu Wani Ketua Posyandu Lansia, Ibu Yanti Petugas PIK Keluarga
Dari Puskesmas : Ibu Uli, Ibu Inayah, Bpk Dr. Agi, Ibu Dwi 
Dari Kelurahan : Ibu Bambang, Ibu Agni Ketua Pokja IV, Ibu Ana Ketua Pokja I. 
(mohon maaf bila. ada yg belum tertuliskan namanya). 

Semoga Posyandu Bougenville dan Posyandu di seluruh Indonesia terlaksana dengan baik dan semakin baik. 
Sehat Balita kita,  sehat seluruh masyarakat Indonesia. 

Tanya Jawab sekitar MonkeyPox atau Cacar Monyet


Frequently Asked Questions (FAQ) Monkeypox

1.      Apa itu Monkeypox?
Monkeypox adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis).

Virus monkeypox merupakan anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae. Genus Orthopoxvirus juga termasuk virus variola (penyebab cacar Smallpox) dan virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar Smallpox).

2.      Mengapa dinamakan Monkeypox atau Cacar Monyet?
Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark ketika ada dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan 'monkeypox'.

3.      Jika Monkeypox adalah penyakit zoonosis, hewan apa saja yang dapat menularkan?
Di Afrika, infeksi monkeypox telah ditemukan pada banyak spesies hewan, diantaranya monyet, tikus Gambia dan tupai. Inang utama dari virus ini adalah rodent (tikus).

4.      Apakah di Indonesia pernah ditemukan kasus Monkeypox?
Sampai saat ini belum ditemukan kasus monkeypox di Indonesia.

5.      Terkait munculnya kasus di Inggris Raya, apakah ada risiko penularan/penyebaran ke Indonesia?
Risiko penularan manusia ke manusia sangat mungkin, maka perlu tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya penyebaran di Indonesia.

Pemerintah Inggris terus berupaya melakukan pengendalian untuk mengisolasi penderita, dan pelacakan kontak erat. Investigasi terus dilakukan oleh pemerintah setempat.

6.      Apakah Monkeypox dapat menular?
Monkeypox merupakan penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan oleh virus ke manusia dari hewan seperti monyet dan hewan pengerat (rodent) melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh atau lesi kulit hewan yg terinfeksi, dan mengonsumsi daging hewan liar yang terkontaminasi (bush meat).

Penularan antar manusia melalui kontak dengan sekresi pernapasan, lesi kulit dari orang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi. Tenaga kesehatan, orang yang tinggal serumah dan kontak erat lain merupakan orang yang berisiko tinggi. Penularan juga terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin atau kontak selama persalinan. Penularan seksual masih belum jelas sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan.

7.      Bagaimana Monkeypox ditularkan?
Virus monkeypox dapat ditularkan ke manusia ketika ada kontak langsung dengan hewan terinfeksi (gigitan atau cakaran), pasien terkonfirmasi monkeypox, atau bahan yang terkontaminasi virus (termasuk pengolahan daging binatang liar). Masuknya virus adalah melalui kulit yang rusak, saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).

8.      Apa saja tanda dan gejala Monkeypox?
Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) monkeypox biasanya 6 – 16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 – 21 hari. Gejala yang timbul diawali dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas. Limfadenopati dapat dirasakan di leher, ketiak atau selangkangan. Dalam 1-3 hari setelah gejala awal atau fase prodromal, akan memasuki fase erupsi berupa munculnya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok.

Monkeypox biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 – 21 hari. Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi. Kasus kematian bervariasi tetapi kurang dari 10% kasus yang dilaporkan, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit monkeypox.

9.      Kapan seseorang harus mencari pertolongan medis?
Seseorang dengan gejala mirip monkeypox dan memiliki kontak dengan orang/hewan yang yang dicurigai monkeypox atau memiliki riwayat perjalanan dari wilayah yang melaporkan kasus maka tidak perlu panik. Segera konsultasi dan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.

10.  Apa perbedaan utama Monkeypox dengan Smallpox?
Perbedaan utama terletak pada gejalanya, yaitu pada Monkeypox ada limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), sedangkan pada Smallpox tidak ada.

11.  Kapan seseorang yang terinfeksi Monkeypox menular?
Seseorang yang terinfeksi berisiko menularkan Monkeypox sejak timbulnya ruam atau lesi Setelah semua keropeng rontok, seseorang sudah tidak berisiko menularkan lagi.

12.  Bagaimana mendiagnosis Monkeypox?
Monkeypox hanya dapat didiagnosis secara pasti melalui pemeriksaan laboratorium rujukan. Namun secara klinis, diagnosis banding Monkeypox dapat mempertimbangkan penyakit ruam lain, seperti cacar Smallpox (meskipun sudah diberantas), cacar air, campak, infeksi kulit akibat bakteri, kudis, sifilis, dan alergi terkait obat.

13.  Untuk pemeriksaan laboratorium, jenis spesimen apa yang diperlukan dan bagaimana pengelolaannya?
Spesimen diagnostik yang optimal berasal dari lesi - usapan cairan dari eksudat lesi atau keropeng yang disimpan dalam tabung kering dan steril (tidak menggunakan media transportasi virus / VTM) dan harus dijaga agar tetap dingin.

Darah dan serum dapat digunakan tetapi seringkali tidak dapat disimpulkan karena durasi viremia yang pendek dan waktu pengumpulan spesimen.

14.  Bagaimana Pengobatan Monkeypox?
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk monkeypox. Pengobatan lebih bersifat simptomatis dan suportif.

15.  Bagaimana Monkeypox dapat dicegah?
Monkeypox dapat dicegah dengan beberapa cara, diantaranya:

o   Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan air dan sabun, atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.

o   Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.

o   Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, termasuk tempat tidur atau pakaian yang sudah dipakai penderita.

o   Menghindari kontak dengan hewan liar atau mengkonsumsi daging yg diburu dari hewan liar (bush meat)

o   Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.

o   Petugas kesehatan agar menggunakan sarung tangan, masker dan baju pelindung saat menangani pasien atau binatang yang sakit.

16.  Apakah tersedia Vaksin Monkeypox?
Vaksin yang digunakan selama program pemberantasan cacar (smallpox) memberikan perlindungan terhadap monkeypox. Vaksin baru yang dikembangkan untuk smallpox telah disetujui pada tahun 2019 untuk digunakan dalam mencegah monkeypox namun ketersediaan global masih terbatas.

17.  Apakah ada larangan bepergian ke negara yang telah melaporkan kasus?
Tidak. berdasarkan informasi yang tersedia saat ini, WHO tidak merekomendasikan pembatasan apa pun untuk perjalanan dan perdagangan.

18.  Negara mana saja yang sudah melaporkan kasus Monkeypox?
Wilayah negara yang sudah dinyatakan terjangkit monkeypox secara global adalah Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Gabon dan Sudan Selatan. Negara di luar Afrika yang tercatat pernah muncul kejadian luar biasa monkeypox adalah Amerika Serikat (2003), Inggris, Israel (2018) dan Singapura (2019).

Pada tanggal 7 Mei 2022 Inggris Raya telah melaporkan ke WHO adanya 1 (satu) kasus monkeypox pada warga Inggris yang memiliki perjalanan ke Nigeria. Pada tanggal 29 April 2022 bergejala dan tiba di Inggris pada 4 Mei. Telah dilakukan isolasi dan karantina kontak selama 21 hari.

Pada tanggal 13 Mei 2022 melaporkan adanya 2 kasus konfirmasi dan 1 (satu) probable monkeypox pada sebuah keluarga. Pada tanggal 15 Mei 2022, dilaporkan kasus kluster yaitu 4 kasus konfirmasi dengan gejala ruam vesicular yang dilaporkan dari pasien yang berkunjung ke sexual health service. Belum ada sumber infeksi yang dikonfirmasi. Berdasarkan informasi yang tersedia saat ini, penularan diperoleh secara lokal di Inggris. Tingkat penularan lokal tidak jelas pada tahap ini dan masih memerlukan investigasi lebih lanjut. Pemerintah setempat telah melakukan isolasi dan karantina. Pada 18 Mei 2022 CDC juga melaporkan 1 kasus warga Amerika yang bepergian dari Kanada

Sumber : 
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/frequently-asked-questions-faq-monkeypox

KASUS HEPATITIS AKUT YANG TIDAK DIKETAHUI ETIOLOGINYA


KASUS HEPATITIS AKUT YANG TIDAK DIKETAHUI ETIOLOGINYA
(ACUTE HEPATITIS OF UNKNOWN AETIOLOGY)

Update per 9 Mei 2022 (informasi dapat berubah sesuai dengan perkembangan situasi dan bukti-bukti terbaru)

Informasi Umum
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute hepatitis of unknown aetiology). Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.  Saat ini masih dalam penyelidikan terkait penyebab dan siapa yang paling berisiko terhadap penyakit tersebut, serta apakah ada hubungannya dengan COVID-19. Informasi dapat berubah sewaktu-waktu.

1.    Apa saja gejala yang dialami?

Gejala awal yang dialami adalah Mual, Muntah, Diare Berat, dan Demam Ringan. Gejala bisa berlanjut dengan air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna putih pucat, warna mata dan kulit menguning, gangguan pembekuan darah, kejaSumber :n kesadaran menurun.

2.    Siapa saja yang terinfeksi?

Dari kasus yang dilaporkan terjadi pada anak-anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun.

3.    Dimana saja kasus ini sudah dilaporkan?

Pada 21 April 2022, sebanyak 169 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya telah dilaporkan dari 11 negara yaitu Inggris Raya termasuk Irlandia Utara (114 kasus), Spanyol (13 kasus), Israel (12 kasus), Amerika Serikat (9 kasus), Denmark (6 kasus), Irlandia (<5 kasus), Belanda (4 kasus), Italia (4 kasus), Norwegia (2 kasus), Perancis (2 kasus), Rumania (1 kasus), dan Belgia (1 kasus).

4.    Apa penyebab dari penyakit ini?

Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Secara umum, etiologi kasus hepatitis saat ini masih dalam penyelidikan. Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa adanya agen biologis, kimiawi, dan agen lain masih terus dilakukan pada kasus yang telah teridentifikasi.

5.    Apakah penyakit ini terkait dengan vaksinasi COVID-19?

Tidak ada bukti bahwa kejadian ini terkait dengan vaksinasi COVID-19 karena sebagian besar anak-anak yang terkena dampak belum menerima vaksin COVID-19. Penjelasan infeksi dan non-infeksi lainnya perlu dinilai sepenuhnya untuk memahami dan mengelola risiko. 

6.    Bagaimana cara pencegahannya?

     Sambil menunggu informasi lebih lanjut, masyarakat diharapkan untuk tetap menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terutama rutin melakukan cuci tangan pakai sabun pada anak-anak, yang dapat mencegah terjadinya penularan berbagai macam penyakit infeksi. Pastikan makan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan dengan orang lain, menghindari kontak dengan orang sakit, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, serta menerapkan protokol kesehatan seperti biasa yaitu mengurangi mobilitas, menggunakan masker selama bepergian, menjaga jarak dengan orang lain dan menghindari keramaian dan kerumunan.

EMPAT LANGKAH PENTING PENANGAN HEPATITIS AKUT :

1.    Waspada gejala awal seperti diare, mual, muntah, sakit perut, dan dapat disertai demam ringan.

2.    Jika muncul gejala awal, segera bawa pasien ke puskesmas dan rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lanjutan.

3.    Jangan menunggu muncul gejala lanjutan seperti kulit dan mata kuning, agar tidak terlambat.

4.    Jika terjadi penurunan kesadaran, segera bawa pasien ke rumah sakit dengan fasilitas ICU Anak. 

 

Catatan :

Fasilitas Kesehatan yang mendapatkan kasus dengan gejala yang dicurigai mengarah penyakit ini,  harus segera melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk dilaporkan secara berjenjang ke Pusat.

Sumber :
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/kasus-hepatitis-akut-yang-tidak-diketahui-etiologinya-acute-hepatitis-of-unknown-aetiology